Sanggar Bell Ba Ba UMM Pentaskan “Bagai Pinang Dibelah Dua”

Suasana panggung ketika pentas seni sedang berlangsung
Pertunjukan Bagai Pinang Dibelah Dua, (Creartips).

CREARTIPSSanggar Seni Bell Ba Ba Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar pertunjukan teater “Bagai Pinang Dibelah Dua”. Pertunjukan ini membahas stigma terhadap seniman dalam masyarakat. Sanggar Seni Bell Ba Ba menggelar pertunjukan pada Sabtu (10/5/25) pukul 18.30 WIB. Bertepat di area lorong Masjid A.R Fachruddin UMM dengan mengusung tema perbedaan persepsi antara kehidupan seniman dan pekerja kantoran.

Pertunjukan yang berlangsung sekitar dua jam tersebut mengajak penonton untuk merefleksikan bagaimana masyarakat memberikan stigma terhadap pilihan profesi seseorang seniman. 

Mematahkan Stigma Terhadap Seniman

“Pekerja kantoran itu lebih baik daripada seorang seniman. Nah, kita atau pun sutradara sendiri ingin mematahkan statement itu. Jadi, ingin dilihatkan sama-sama bahwa sebenarnya itu mereka itu sama,” ujar Reza, salah satu anggota Sanggar Seni Bell Ba Ba.

Alfin menyutradarai pementasan ini dengan melibatkan lebih dari 28 kru termasuk aktor, pemusik, penata artistik, serta divisi dokumentasi dan publikasi. Tim produksi telah mempersiapkan acara ini selama lebih dari dua bulan.

Kru acara mempersembahkan pertunjukan musikal puisi sebagai pembuka acara. Selain pertunjukan utama, pameran lukisan di area depan gate masuk lorong masjid menjadi pembuka menarik bagi para pengunjung.

Pimpinan Produksi Reza Narawangsa dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap kerja keras seluruh tim produksi dan para pemain. “Pentas ini bukan sekadar pertunjukan, tapi juga ruang tumbuh bagi setiap proses yang kami jalani bersama,” ungkap Nara.

“Bukan hanya soal tampil, tapi bagaimana mereka mengelola emosi, kerja tim, dan menghargai proses kreatif.” tambah Nara, yang juga merupakan salah satu panitia.

Ruang Interaksi Dan Pengembangan Minat Seni

Anggota dibalik layar Bagai Pinang Dibelah Dua, (Creartips).

Pertunjukan berakhir sekitar pukul 21.30 WIB dan para peserta melanjutkan dengan sesi sarasehan di area yang sama. Sesi sarasehan atau tanya jawab berlangsung hampir satu jam penuh dan menjadi ruang interaksi langsung antara penonton dengan seluruh tim LSO Sanggar Seni Bell Ba Ba. Membahas berbagai aspek mulai dari proses latihan hingga tantangan teknis selama produksi.

Bell Ba Ba merancang pentas studi ini sebagai agenda tahunan untuk penilaian terbuka sekaligus memberikan pengalaman panggung pertama bagi para anggota baru. Acara mendapat sambutan antusias dari penonton yang memenuhi aula, tidak hanya dari kalangan mahasiswa tetapi juga masyarakat umum.

Panitia menjual tiket pertunjukan dengan harga Rp10.000 untuk pre-sale dan Rp15.000 untuk pembelian di lokasi atau on site. Penyelenggara berharap pentas studi ini menjadi awal dari lahirnya karya-karya teater berkualitas lainnya dari Sanggar Bell Ba Ba, serta mendorong tumbuhnya minat seni di kalangan mahasiswa, terutama mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang.

Baca Juga : Navastra dan Designoholic Sinergi DKV dan Sastra UM – creartips.com

3 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *