Film Rumah untuk Alie Angkat Isu Bullying

Rumah untuk Alie tayang Kamis, 17 April 2025, (Falcon Pictures).

Hadir sebuah film yang menggugah hati dan membuka mata tentang realitas yang kerap tersembunyi. Film “Rumah untuk Alie”, garapan sutradara Herwin Novianto merupakan adaptasi dari novel karya anak muda berbakat bernama Lenny Liu. Film produksi Falcon Picture ini mulai tayang serentak sejak Kamis, 17 April 2025 lalu, dan langsung mendapat banyak perhatian.

Baca Juga : Kisah Unik di Balik Film Jumbo, Antara Imajinasi dan Realita

Jadwal Tayang Film Rumah untuk Alie

Di sudut kecil dunia, terkadang luka tak berwujud lebih dalam dari luka yang tampak. Film “Rumah untuk Alie”, yang memotret realita perundungan, mengajak kita berjalan menapaki lorong-lorong sunyi seorang anak bernama Alie. Mata Alie yang lelah namun tetap bersinar, menyimpan ribuan kata yang belum sempat ia ucapkan. Di sekolah, di tempat yang seharusnya menjadi ruang tumbuh, justru ia menemui dinding-dinding dingin bernama pengucilan. Setiap langkah yang ia tapaki terasa berat, seolah bumi menolaknya berdiri. Film ini tidak hanya menceritakan kisah seorang anak, tetapi Rumah untuk Alie mencerminkan kita semua yang secara sadar atau tidak menjadi pelaku, Saksi, atau membiarkan luka itu terjadi.

Kisah Alie Bertahan di Tengah Derita

Poster Film Rumah Untuk Alie, (Falcon Pictures).

Anak-anak sering menyembunyikan luka di balik tawa dan permainan, membuat kita kerap melewatkan kegelapan dalam dunia mereka. Film ini menawarkan perspektif baru tentang bagaimana kekerasan emosional dan verbal bisa meninggalkan bekas mendalam dalam diri seorang anak. Film ini mengisahkan Alie,gadis bungsu dari lima bersaudara, yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dan perlindungan dari keluarganya. Namun, setelah kematian ibunya, Alie justru menjadi sasaran kemarahan ayah dan saudara-saudaranya, yang menyalahkannya atas tragedi tersebut. Alie pun tidak luput dari perundungan teman-temannya, menjadikan setiap harinya sebagai perjuangan untuk bertahan dan mencari secercah harapan.

Lebih dari sekedar film, “Rumah untuk Alie” juga menjadi wadah gerakan sosial. Falcon Picture meluncurkan platform digital di rumahuntukalie.kwikku.com, yang menyediakan ruang bagi masyarakat untuk berbagi pengalaman tentang bullying. Pembuat film ini berharap karya mereka dapat menjadi refleksi bagi banyak orang. Menghadirkan platform yang membantu para penyintas atau saksi bullying agar tidak merasa sendirian. Sinematografi yang menyentuh dan akting yang mendalam, “Rumah untuk Alie” berhasil merefleksikan luka batin remaja yang kerap tersembunyi di balik senyuman. Film ini mengajak penonton untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar dan menjadi bagian dari solusi dalam melawan perundungan.

Dalam film ini, tokoh utama Alie kerap mengalami berbagai bentuk perundungan. Orang-orang di sekitar Alie berulang kali melakukan kekerasan terhadapnya, baik di rumah maupun di sekolah. Mereka mengisi tempat tinggal yang seharusnya menjadi ruang amannya dengan penolakan, tekanan emosional, dan tindakan bullying. Film ini mengajak penonton untuk lebih menyadari pentingnya membangun rumah sebagai tempat perlindungan yang aman. Film ini tak hanya mengaduk-aduk emosi, tapi juga mengetuk hati. Membuka ruang bagi kita untuk belajar kembali menjadi manusia yang tidak hanya melihat, tetapi juga memahami.

One comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *