
Di tengah banyaknya rumah modern dengan desain yang simpel dan rapi, terdapat satu gaya arsitektur lama yang unik. Gaya ini memiliki atap miring tajam, jendela berbentuk trapesium, dan garis-garis miring yang seolah-olah menyimpang dari aturan desain umum. Inilah Jengki, satu-satunya gaya arsitektur khas Indonesia yang lahir dari semangat keberanian dan rasa merdeka.
Gaya Arsitektur Asli Indonesia yang Terlupakan
Gaya Jengki mulai berkembang pada akhir 1950-an, tak lama setelah Indonesia merdeka. Pada saat itu, Indonesia sedang mengerjakan dua hal yaitu, membangun sistem pemerintahan baru dan mencari identitas visual yang unik. Dalam bidang arsitektur, gaya baru muncul dari tangan-tangan kreatif arsitek dan tukang lokal Indonesia. Gaya Arsitektur ini bukan dari Eropa, Asia Timur, ataupun Amerika.
Istilah “Jengki” berasal dari kata “Yankee,” yang merujuk pada budaya Amerika yang masuk ke Indonesia setelah perang dunia. Tapi gaya Jengki bukan meniru arsitektur Amerika seperti mid-century modern. Sebaliknya, gaya ini merupakan hasil kreativitas orang Indonesia sendiri, yang kemudian berkembang menjadi bentuk yang berbeda dinamis, asimetris, dan sangat cocok dengan iklim tropis.
Baca Juga: Muni Forest, Sensasi Menginap di Sangkar Burung Raksasa
Fakta Menarik Arsitektur Jengki
Atap miring tajam sebagai simbol kebebasan: Bentuk atap Jengki yang miring melambangkan keberanian keluar dari pakem kolonial yang teratur.
Fasad asimetris, jendela trapesium: Elemen seperti jendela miring atau bidang dinding menyudut bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi cahaya dan udara tropis sekaligus menciptakan kesan visual yang dinamis.
Lahir dari lokalitas, bukan teori luar: Gaya Jengki sering dibuat oleh para tukang lokal atau arsitek muda Indonesia yang ingin mencoba hal baru dalam desain, tanpa terlalu mengikuti aturan atau referensi dari Eropa.
Cocok untuk iklim Indonesia: Selain bentuknya yang unik, desain Jengki juga sangat cocok untuk lingkungan tropis karena adanya banyak ventilasi silang, ruang terbuka yang luas, dan overhang untuk menghindari panas matahari.
Hanya ditemukan di Indonesia: Rumah dan bangunan bergaya Jengki banyak ditemukan di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, dan Surabaya. Bangunan-bangunan ini biasanya dibangun antara tahun 1955 dan 1975.
Baca Juga: Masjid 99 Kubah Makassar Arsitektur Penuh Makna
Gaya arsitektur Jengki tak berhenti pada fasad bangunan saja. Gaya ini juga menyentuh ke interior rumah, lewat bentuk furnitur yang unik. Seperti meja berkaki miring, kursi berlubang dengan punggung landai, hingga lemari bersiku tajam.
Jengki adalah suara dari masa Indonesia mencari identitasnya. Keberanian untuk meninggalkan tradisi kolonial dan membangun sesuatu yang baru, lokal, progresif, dan berguna adalah dasar dari gaya ini.
Kini, ketika banyak bangsa berlomba mencari jati diri lewat desain, Indonesia sebenarnya sudah memiliki jawabannya sejak lama. Gaya arsitektur khas sendiri yang tidak bisa dijiplak begitu saja karena ia lahir dari semangat, tanah, dan tangan anak negeri. Gaya arsitektur itu bernama Jengki.