
CREARTIPS, 23 Mei 2025 — Seniman asal Yogyakarta, Iwan Effendi, menghadirkan pameran tunggal bertajuk “Once Was” di Ara Contemporary, Jakarta, yang berlangsung dari 17 Mei hingga 21 Juni 2025. Pameran ini mengeksplorasi tema ingatan, kehilangan, dan transformasi melalui medium boneka, lukisan, serta video animasi.
Ketidakterlihatan Dalang dan Ingatan yang Terus Bergerak
Begitu memasuki ruang pameran, pengunjung disambut oleh video animasi berjudul “Ingin Memeluk, Harus Melepas” berdurasi 6 menit 35 detik. Animasi ini dibuat dengan teknik stop motion manual, di mana setiap frame digambar dengan arang di atas kertas, kemudian dihapus dan digambar ulang, menciptakan ilusi gerak yang mendalam. Teknik ini mencerminkan konsep memori yang terus berubah namun meninggalkan jejak. Pameran ini juga menampilkan seri lukisan “Contact Point #1–#7”, yang merekam momen-momen intim antara manusia dan boneka. Setiap goresan menggambarkan bagaimana manusia mengalirkan pengalamannya ke tubuh boneka, menjadikannya bukan sekadar objek mati, tetapi wadah yang hidup saat disentuh oleh kehadiran sang dalang.
Dalam pameran ini, Iwan tidak hanya menampilkan boneka sebagai pusat perhatian, tetapi juga menyoroti “ketidakterlihatan” sang dalang. Seperti dalam pertunjukan wayang, boneka hanya hidup ketika dalang menghilang dari kesadaran penonton. Judul “Once Was” mengusung narasi tentang memori dan transformasi proses di mana dalang menangkap cerita, mewujudkannya melalui boneka, lalu menguap begitu kisah tersampaikan. Melalui “Once Was”, Iwan Effendi mengajak penonton untuk merenungkan keindahan dalam ketidakkekalan dan bagaimana seni dapat menjadi medium untuk menyulam kembali ingatan yang berserakan.

Once Was Menyulam Memori dan Ketiadaan dalam Bahasa Boneka
Pameran “Once Was” adalah pameran yang melanjutkan praktik artistik Iwan Effendi, yang mengakar dari latar belakangnya sebagai dalang. Di sini dia menggabungkan prinsip inti dan daya emosional seni pertunjukan boneka. Pameran ini menonjolkan kontras antara diam dan gerak, menampilkan serangkaian gambar bergerak, lukisan, dan gambar di atas kertas. “Saya pikir semua seniman akan masuk pada periode-periode kekaryaan. Tidak berhenti di satu titik kenyamanan, tapi gelisah mencari hal baru. Dan itu yang sedang terjadi pada saya sekarang,” ucap Iwan.
Melalui “Once Was”, Iwan Effendi mengukir narasi tentang memori yang tak pernah benar-benar hilang ia hanya berubah wujud. Pameran ini menggambarkan proses sunyi di mana dalang larut dalam boneka, lalu menghilang demi menghidupkan kisah. Di ruang antara yang tampak dan yang tersembunyi, Iwan seperti mengajak kita merenungi keindahan bahwa seni paling mengharukan justru lahir dari ketiadaan.
Baca Juga : Pameran Ach Soiful Usung Ingatan dan Resistensi Visual
[…] Baca Juga : Pameran Once Was Jejak Memori dalam Raga Boneka […]
[…] Baca Juga: Pameran Once Was Jejak Memori dalam Raga Boneka […]