
Sejarah Si Juki
Si Juki, siapa sangka karakter berambut jabrik dan bertingkah absurd ini bernama lengkap Juki Handojo. Nama “Juki” sendiri merupakan nama khas Indonesia yang sederhana dan mudah diingat. Si Juki, tokoh komik ciptaan Faza Meonk, telah melesat jauh melampaui ekspektasi. Awalnya hanya dari komik strip online sederhana di media sosial, kini ia telah merambah ke layar lebar, serial animasi, hingga kerja sama dengan lembaga pemerintahan dan brand ternama.
Bermula pada tahun 2010. Faza Meonk, seorang mahasiswa desain grafis mengunggah komik satir berisi komentar sosial lewat karakter ciptaannya. Gayanya yang nyeleneh dan tak takut berbeda dengan arus utama langsung mencuri perhatian anak muda. Dengan tagline khas “anti mainstream”, Juki menjadi suara alternatif bagi generasi digital yang cerdas, kritis, dan gemar humor receh.
“Saya hanya ingin membuat sesuatu yang menghibur dan dekat dengan keseharian,” ujar Faza dalam salah satu wawancara. “Juki adalah representasi anak muda Indonesia yang blak-blakan, tapi tetap punya hati,” jelasnya.
Kesuksesan komik online Juki menelurkan berbagai produk turunan. Mulai dari buku komik cetak best-seller, film animasi layar lebar seperti “Si Juki The Movie: Panitia Hari Akhir” (2017). Film ini telah ditonton lebih dari 642 ribu orang, serta serial animasinya di berbagai platform streaming. Film terbarunya Si Juki the Movie: Harta Pulau Monyet (2024) yang telah tayang di Netflix. Uniknya, ia bukan hanya lucu, tapi juga kontekstual. Komiknya kerap menyinggung isu sosial, budaya, dan politik dengan cara yang cerdas. Di sinilah letak kekuatannya: menyuarakan keresahan generasi muda dengan cara ringan tapi mengena.
Baca Juga: Creative but sarcasm, That’s Juki.

Kolaborasi Si Juki
ia juga telah menjalin berbagai kolaborasi lintas industri yang mencerminkan daya tarik dan fleksibilitasnya sebagai ikon budaya pop Indonesia. Kolaborasi ini meliputi kerja sama internasional dengan karakter global seperti Garfield, Larva, boboiboy, pokemon dan SpongeBob SquarePants. Kolaborasi juga dengan mitra lokal seperti Mice Cartoon dalam komik sosial “Proposal dari Rakyat” dan brand fashion seperti Maximall, Cosmonauts, dan HEYLOOK. Tak hanya di dunia ritel, ia juga hadir di ranah kuliner lewat brand Fruit tea, campina, pop mie, boncabe, dst. Selain itu juga di bidang edukasi kekayaan intelektual bersama AFFA IPR, hingga di dunia digital dan collectible dengan peluncuran NFT Jukiverse dan figurine kolaborasi bersama tim esports RRQ, dan masih banyak lagi. Semua kolaborasi ini memperkuat posisinya sebagai karakter yang tak hanya menghibur, tetapi juga relevan dan adaptif di berbagai platform dan audiens.
Kini, lebih dari satu dekade sejak kelahirannya, ia terus berevolusi. Dari layar ponsel hingga bioskop, dari meme receh hingga kampanye nasional, ia membuktikan bahwa karakter lokal bisa bersaing di era global asal dibalut dengan kreativitas tanpa batas. Dengan langkah yang terus konsisten dan inovatif, Si Juki bukan sekadar karakter komik, melainkan simbol perlawanan yang jenaka dalam dunia yang semakin absurd.
Baca Juga: Kisah Unik di Balik Film Jumbo, Antara Imajinasi dan Realita
[…] Baca Juga: Si Juki, Dari Komik Iseng Jadi Ikon Pop Digital Indonesia […]