Pameran Keramik Kontemporer “900-1300: Medan Ontologis”

Salah satu karya dari Pameran “900-1300: Medan Ontologis”, (900to1300)

Jakarta – Pameran seni keramik kontemporer bertajuk 900–1300: Medan Ontologis resmi dibuka pada Sabtu, 27 April 2025 di ruang seni Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta Selatan. Dalam acara tersebut, delapan seniman muda Indonesia bertemu dan menjadikan medium keramik sebagai alat untuk refleksi eksistensial dan eksperimentasi. Kemudian dengan bentuk, dan ekspresi pribadi tentang identitas dan wujud.

Pameran ini akan berlangsung hingga 4 Mei 2025 dan terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya. “Medan Ontologis”, menurut kurator Gie Sanjaya, bukan hanya sekadar pameran seni rupa melainkan  sebuah ruang kontemplatif yang mengajak pengunjung untuk mempertanyakan kembali.

“Ajakan untuk tidak hanya melihat, tetapi juga merasakan cara keberadaan dimaknai oleh para seniman dalam relasi dengan tubuh, waktu, dan ruang,” ujar Gie.

Baca Juga: ARTJOG Pameran Seni Kontemporer Ramaikan Pasar Tunjungan

Simbol Proses dan Ketahanan

Nama pameran “900–1300” merujuk pada suhu proses pembakaran keramik yang berkisar antara 900 dan 1300 derajat Celsius. Angka ini bukan hanya teknis, melainkan simbol dari transformasi dan ketahanan. Nilai-nilai ini juga tercermin dalam proses berkarya para seniman yang terlibat.

Suara dan Gagasan dari Delapan Seniman Muda

Delapan seniman yang karyanya turut dipamerkan datang dari berbagai latar belakang dan pendekatan artistik, namun disatukan oleh medium keramik. Mereka menyajikan karya-karya yang menantang batas fungsi benda keramik sehari-hari dan memposisikannya sebagai bahasa visual yang reflektif. Setiap karya memiliki caranya sendiri dalam menyampaikan narasi personal maupun sosial. Menjadikan pameran ini sebagai ruang diskusi yang tak hanya visual namun juga konseptual.

Workshop Interaktif

Lebih dari sekadar instalasi karya, pameran ini juga menawarkan dua program pendukung berupa lokakarya keramik. Pada 3 Mei, akan diadakan workshop Nerikomi Yunomi bersama seniman Nareswari, yang mengajarkan teknik menyusun pola dalam tanah liat berwarna. Sementara itu, tanggal 4 Mei akan ditutup dengan sesi Basic Handbuild Pottery oleh studio Aranaloka. Terbuka untuk pemula dan penggemar keramik.

Respons pengunjung sejak hari pertama menunjukkan antusiasme tinggi terhadap eksplorasi baru dalam seni keramik ini. Banyak dari mereka menyebut bahwa karya-karya yang dipamerkan terasa ‘dekat’ dan personal. Namun, hal itu juga membuka ruang perenungan yang luas tentang eksistensi dan makna.

Bagi Artizens yang ingin menyaksikan langsung pameran ini, informasi lebih lanjut dapat ditemukan di akun Instagram resmi @900to1300. Pameran ini menjadi momen penting bagi perkembangan seni keramik kontemporer Indonesia. Sekaligus mengangkat kembali eksistensinya sebagai medium yang terus hidup dan berevolusi.

Baca Juga: Red Line, Boneka – Boneka Membingkai Kekerasan Sosial

2 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *