
Poster Film Kupu Kupu Kertas (detiknews.com)
Kupu Kupu Kertas dan Romansa yang Terbang di Langit Kelam 1965
Film “Kupu Kupu Kertas” (2024) mengajak penonton untuk menyelami kisah cinta yang terhalang oleh perpecahan ideologi dan kekerasan pada masa Indonesia 1965. Kisah ini menggambarkan bagaimana konflik politik pada saat itu mempengaruhi hubungan pribadi, bahkan memaksa dua insan untuk memilih antara cinta dan keselamatan. Film Kupu Kupu Kertas membawa penonton kembali ke Indonesia tahun 1965, sebuah periode penuh ketegangan politik. Di tengah perpecahan ideologi yang terjadi, muncul kisah cinta yang terlarang antara Ning, seorang gadis yang dibesarkan dalam keluarga PKI, dan Ihsan, pemuda dari keluarga Nahdlatul Ulama (NU). Meskipun perbedaan ideologi mereka jelas sejak awal, hubungan ini tidak langsung terganggu. Namun, keadaan berubah drastis ketika keluarga mereka terlibat dalam konflik yang semakin besar. Cinta yang semula penuh harapan mulai terancam, karena kekerasan yang semakin meningkat memicu kebencian dan perpecahan yang sangat mendalam.
Film ini menggambarkan betapa ideologi dapat mempengaruhi kehidupan pribadi seseorang. Hubungan Ning dan Ihsan, yang awalnya tampak sederhana, berubah menjadi perjuangan hidup dan mati ketika perpecahan ideologi semakin memanas. Cinta mereka menjadi harapan terakhir yang perlahan memudar di tengah kebencian dan konflik.. Keluarga menuntut mereka memilih antara kesetiaan pada cinta atau kepatuhan pada adat dan keyakinan.

Simbol Kupu-Kupu Menghidupkan Luka dalam Cinta yang Terkurung
Salah satu kekuatan utama film ini adalah cara penyampaian konflik melalui narasi visual yang sangat kuat. Salah satu simbol yang menarik adalah kupu-kupu yang terperangkap dalam kertas. Kupu-kupu yang seharusnya bisa terbang bebas, kini terhalang oleh kertas. Menggambarkan betapa perasaan Ning dan Ihsan terjebak oleh perpecahan ideologi yang memisahkan mereka. Melalui simbol ini, film ini berhasil menggambarkan bagaimana cinta mereka yang rapuh terperangkap dalam situasi penuh ketegangan, serba salah. Perjalanan mereka dalam melarikan diri dari kekerasan dan pembalasan sangat menegangkan. Saat situasi memburuk, Ning dan Ihsan terjebak dalam konflik keluarga dan perpecahan ideologi. Degan hal ini mereka menjalani perjalanan fisik dan batin demi bertahan dan menemukan harapan di tengah kehancuran. Film ini menggambarkan perjalanan mereka bukan hanya sebagai upaya fisik untuk bertahan hidup. Tetapi juga sebagai perjalanan batin untuk mencari harapan dalam dunia yang hancur.
Film ini tidak hanya mengangkat tema cinta, tetapi juga menunjukkan bagaimana ideologi bisa merusak kehidupan pribadi seseorang. Perpecahan yang terjadi di sekitar mereka membuat mereka tidak punya banyak pilihan. Mereka harus memutuskan apakah akan mengikuti kehendak orang-orang di sekitar mereka atau tetap berjuang untuk cinta yang semakin sulit diraih. Film ini memberi gambaran bagaimana konflik sosial-politik dapat merusak hubungan antar individu dan menghancurkan kedamaian dalam masyarakat.
Menggenggam Cinta dan Identitas di Tengah Luka Ideologi
Akhirnya, Kupu Kupu Kertas berhasil menyampaikan pesan tentang kekuatan cinta dalam menghadapi perpecahan dan kekerasan. Melalui kisah Ning dan Ihsan, film ini mengajak penonton untuk merenung tentang betapa pentingnya perdamaian dan bagaimana perpecahan ideologi dapat menghancurkan kehidupan manusia. Tidak hanya sekadar kisah cinta, film ini juga menyentuh tema lebih besar tentang identitas, perjuangan, dan harapan di tengah masa-masa kelam dalam sejarah Indonesia. Secara keseluruhan, Kupu Kupu Kertas adalah sebuah karya yang tidak hanya menggugah perasaan, tetapi juga memberikan perspektif yang lebih dalam tentang betapa besar dampak dari ketegangan ideologi terhadap kehidupan individu. Film ini membawa kita pada perjalanan yang penuh dengan ketegangan, pengorbanan, dan harapan yang tak pernah padam meskipun terjebak dalam kegelapan sejarah.
Baca Juga : Film Rumah untuk Alie Angkat Isu Bullying